Tuesday, June 9, 2015

Bagaimana Tips Cara Menghadapi Permasalahan Hidup?

Ketika mendapat cobaan atau masalah dalam hidup ini, apa yang akan anda lakukan, apakah langsung menyerah atau mencoba menyelesaikannya dengan cara terbaik? Yang jelas selama masih hidup di dunia maka semua manusia akan berhadapan dengan yang namanya masalah dan mau tidak mau kita musti menyelesaikannya. Meskipun terkadang untuk suatu masalah tertentu tidak harus dihadapi tapi cukup dihindari saja.

Yang pasti kita harus selalu berpikir sehat dan bijak dalam berhadapan dengan suatu masalah, apapun itu. Bagaimana cara yang kita tempuh untuk menghadapi suatu masalah akan sangat berpengaruh pada hasil akhirnya.

Nah, berikut ini ada beberapa tips bagaimana cara menghadapi masalah yang mungkkin bisa anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

tips menghadapi masalah
1. Move On
Alih-alih mencari-cari suatu kesalahan alangkah lebih baiknya apabila anda segera memikirkan sebuah solusi. Anda harus bisa fokus dan memikirkan apakah yang akan anda lakukan selanjutnya. Jangan buang waktu, segera habiskan energi anda untuk bergerak menemukan solusi. Jangan biarkan rasa panik menguasai anda untuk waktu yang lama. Karena bisa-bisa anda malah menjadi seperti kursi goyang yang bisa bergerak terus-terusan akan tetapi tak mampu membawa kemanapun. Anda harus belajar menemukan “bagaimana dan apa yang akan dilakukan selanjutnya” daripada membuang waktu percuma untuk memikirkn, “seandainya.... pasti itu tidak akan terjadi”. Hal tersebut hanya akan membuat masalah semakin berlarut dan rasa sakit yang anda derita akan bertahan lebih lama.

2. Mengerti permasalahan
Memecahkan masalah adalah kemampuan untuk membuat pilihan secara hati-hati. Anda bisa mencoba menyelesaikan masalah anda secara sistematis dimulai dengan : mengerti permasalahan, mengumpulkan fakta-fakta yang ada, mengatur masalah, memperkirakan apa konsekuensinya, mencoba menyelesaikannya dan mengecek jawabannya. Ajukanlah pertanyaan, mengklarifikasi fakta dan kemudian mengevaluasi pilihan untuk menemukan solusi yang bisa diterapkan. Itulah formulanya.

3. Berpikir jernih
Dalam mencoba menyelesaikan semua maslaah anda harus berpkir jernih agar tidak terjebak dalam sebuah keputusan yang tergesa-gesa dan punya potensi menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Anda bisa mencoba untuk mulai berpikiran terbuka dan berpikir out-of-the-box. Apabila anda mempunyai visi yang lebih luas serta ide-ide unik maka anda sudah memiliki modal yang bisa membantu anda untuk menyelesaikan atau memperbaiki suatu masalah dengan cara yang lebih baik.

4. Hadapi dengan senyuman
Agar bisa lebih menikmati hidup ini dan tidak mudah terjebak dalam luka batin berkepanjangan maka anda wajib memiliki kemampuan untuk bisa tertawa dalam menghadapi apapun permasalahan yang ada. Itu akan bisa membuat pikiran anda menjadi lebih rileks. Rasa humor bisa membantu anda terhindar dari kesedihan dan rasa kecewa yang berlebihan. Hadapi semua permasalahan dengan senyuman dan cobalah temukan sisi humornya untuk ditertawakan dalam hati, ini bisa sedikit banyak membantu menurunkan tensi dan membuat pikiran sedikit lebih lega.

Melihat Gambar Gambar Lucu Pereda Stress mungkin juga akan sedikit membantu anda biar bisa tersenyum sesaat.

5. Teamwork
Semua akan setuju bahwa dua pikiran yang disatukan akan lebih baik dibanding hanya satu pemikiran. Cobalah untuk melibatkan orang lain dalam memecahkan permasalahan yang sedang anda hadapi. Meskipun mungkin pada akhirnya tak bisa membantu menyelesaikan masalah anda setidaknya sudah bisa memberikan dukungan moral kepada anda. Anda bisa menyimpan pandangan-pandangan yang mereka utarakan sebagai masukan yang bisa dipertimbangkan.

6. Brainstorm
Apa itu brainstorm? Ini dapat diartikan sebagai sebagai teknik untuk mendapatkan ide-ide kreatif sebanyak mungkin dalam kelompok. Hal ini apabila diterapkan untuk menyelesaikan masalah anda amatlah membantu. Karena bagaimanapun, 10 ide adalah lebih baik dibandingkan hanya satu ide. Setiap ide layak untuk dipertimbangkan. Tahan godaan untuk mencari solusi jangka pendek secara cepat. Karena hal tersebut hanya akan membuat anda meletakkan solusi di awal proses, padahal apa yang anda butuhkan adalah solusi pada bagian akhir. Orang mempunyai sifat bawaan untuk memecahkan masalah jika mereka hanya mengambil waktu untuk memahami situasi tanpa panik.

7. Belajar dari kesalahan masa lalu
Anda harus belajar dari masalah yang sudah-sudah dan mengambil pelajaran darinya. Jangan sampai anda terjatuh ke dalam lubang yang sama.

Itulah tips cara menghadapi permasalahan hidup yang bisa anda pertimbangkan buat masukan dalam menghadapi permasalahan hidup yang mungkin sekarang ini sedang anda alami.

Pokoknya jangan sampai permasalahan yang anda alami membuat anda terpuruk dan putus asa. Segera lakukan upaya terbaik untuk menyelesaikannya apabila memang butuh penyelesaian. Semoga keberuntungan selalu menyertai anda.

Kenapa Dalam Hidup Selalu Ada Saja Masalah ?

Kenapa dalam hidup ini manusia selalu berhadapan dengan yang namanya masalah? Yah, pertanyaan semacam ini pasti sering muncul di kepala anda meskipun mungkin anda sendiri sudah tahu akan jawabannya. 

Menurut pendapat saya pribadi, masalah dalam hidup bisa diibaratkan seperti pelangi kehidupan yang bisa mewarnai hidup kita agar tidak monoton. Selain itu juga bisa membentuk kita memiliki kepribadian yang kuat.

Coba anda lihat salah satu kutipan berikut :

"Masalah adalah kesempatan kita melakukan sesuatu yang lebih baik. - Duke Ellington"

Umumnya, masalah akan muncul ketika apa yang kita harapkan tidaklah sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Misalnya saja, pada suatu hari anda ingin membeli sesuatu akan tetapi uang yang anda miliki saat ini belum cukup untuk membelinya. Itu adalah sebuah masalah. Dan mau gak mau anda harus memikirkan cara bagaimana memenuhi keinginan tersebut. Misalnya dengan bersabar dan menyisihkan sebagian uang gaji sampai terkumpul ataupun memutuskan untuk mengambilnya secara kredit.

Ya, masalah demi masalah akan selalu datang menghampiri manusia tiada akhirnya sampai ajal datang menjemput. Bahkan sudah umum kita temui ucapan seperti, "bukan hidup namanya kalau tidak ada masalah".

masalah dalam hidup
Yah, bisa kita bayangkan seandainya saja di dalam kehidupan di dunia ini kita tak pernah menghadapi masalah, maka itu sama halnya tak ada orang yang berkeinginan mencari uang, tak orang yang mau menikah karena semuanya tak mau mencari masalah, hanya berdiri mematung tanpa melakukan apapun. Itu namanya bukan hidup. Karena dengan bergerak dan menghadapi masalah kita akan mengerti kenikmatan hidup yang sesungguhnya.

Hidup tanpa masalah itu tidak mungkin, tapi meminimalisir masalah itu harus. Kita musti membikin hidup kita sesimple mungkin jika ingin jauh dari rasa stress dan depresi.

Dengan menghadapi permasalahan hidup kita akan bisa berkembang, ibaratnya kita ini sebuah tanah liat. Maka harus dibanting, dibentuk, dibakar berulang kali, lalu dijemur di suhu yang panas, kemudian di cat dengan warna yang menarik agar bisa menjadi sebuah guci yang cantik. Itulah manfaat masalah bagi manusia.

Menyelesaikan setiap masalah dengan kepala dingin itu adalah hal yang sangat penting karena percayalah setiap permasalahan yang ada akan menemui penyelesaiannya. Jangan biarkan masalah membuat pikiran anda terkuras habis kemudian stress. Karena tidak setiap masalah perlu diselesaikan seorang diri, adakalanya kita juga perlu menghindarinya dan meminta bantuan orang lain jika dirasa tak mampu menyelesaikannya.

Baca Bagaimana Tips Cara Menghadapi Permasalahan Hidup? 

Bagaimana menurut pendapat anda, kenapa dalam hidup ini selalu ada saja masalah?

Masih adakah lagi Manusia seperti ini



Seorang pemuda sedang dalam satu perjalanan yang jauh, berasa amat letih. Dia pun berhenti berehat di satu kawasan perkampungan dan melepaskan kudanya mencari makan di situ. Oleh kerana keletihan, pemuda itu tertidur di bawah pokok. Kudanya yang kelaparan merayau di satu kawasan ladang dan meragut tanaman di situ. Tidak berapa lama kemudian, sang petani yang memiliki ladang itu pun balik. Melihatkan habis tanamannya musnah, petani itu hilang kesabaran lalu membunuh kuda yang memakan tamannya.

Apabila terjaga dari tidur, pemuda itu mencari kudanya. Puas dia mencari tidak juga berjumpa. Akhirnya dia ternampak bangkai kudanya di sebuah ladang. Melihat keadaan itu, dia menjadi marah dan mencari pembunuh kudanya. Dia terus meluru ke sebuah rumah berhampiran.Sebaik saja menjumpai tuan rumah, dia terus menghamun dan berlakulah pergaduhan dan akhirnya petani itu terbunuh. 

Peristiwa itu diketahui orang ramai. Pemuda itu dibawa berjumpa khalifah untuk diadilkan. Mengikut hukum qisas, bunuh dibalas dengan bunuh. Khalifah memerintahkan supaya dia dipenjarakan sehari semalam sebelum dia dipancung pada jam 5:00 keesokan petangnya. Pemuda itu merayu supaya dia dibenarkan balik dahulu berjumpa ibunya untuk menyelesaikan satu perkara yang amat mustahak.Khalifah tidak meluluskan rayuan pemuda itu. Namun pemuda itu tidak berputus asa dan terus merayu sambil menyatakan dia mempunyai tanggungjawab yang mesti diselesaikan sebelum dia dihukum bunuh. Dia berjanji akan balik segera sebaik saja urusannya selesai.
Khalifah meminta pandangan waris si mati. Anak petani itu tidak mengizinkan pemuda itu pergi kerana bimbang dia tidak akan datang lagi untuk menerima hukuman mati.Berkali-kali pemuda itu merayu dan bersumpah akan datang semula, namun tiada seorangpun menunjukkan tanda simpati. Akhirnya tampil seorang tua menuju mengadap khalifah menyatakan kesanggupan untuk menjadi tebusan bagi membolehkan pemuda itu balik ke rumah. 

Orang tua itu tidak lain tidak bukan ialah Abu Zar, seorang sahabat Nabi yang banyak merawikan Hadith. Melihat apa yang berlaku, semua hadirin tercengang dan sebahagian besar memarahi Abu Zar kerana tindakannya yang membahayakan diri sendiri. Abu Zar berjanji untuk menjadi tebusan dan membenarkan pemuda itu pulang menyelesaikan masalahnya. Melihat kejadian ini, pemuda itu menjadi tenang dan mengikat janji bahawa dia akan pulang semula untuk dipancung sebaik sahaja urusannya selesai. 

Abu Zar faham kegagalan pemuda itu menunaikan janji akan mengakibatkan nyawanya tergadai.Ketika ditanya Khalifah bagaimana dia sanggup meletakkan dirinya dalam keadaan membahayakan, Abu Zar menerangkan demi keluhuran Islam, dia sangat malu melihat tiada siapapun sanggup menghulurkan bantuan ketika pemuda asing itu dalam kesusahan yang amat sangat. Pemuda itu dibenarkan pulang ke rumah sementara Abu Zar pula dikurung di penjara. Pada keesokan petangnya, penuh sesak manusia menuju ke istana khalifah untuk menyaksikan episod yang mencemaskan. 

Ramai menganggap Abu Zar akan dibunuh kerana kemungkinan besar pemuda itu tidak akan datang menyerahkan lehernya untuk dipancung. Saat yang mendebarkan berlaku apabila beberapa minit lagi jam lima petang, pemuda itu masih belum tiba. Abu Zar dikeluarkan dari kurungan. Kegagalan pemuda itu menghadirkan diri akan menyebabkan Abu Zar menjadi mangsa.Di saat terakhir, orang ramai melihat kelibat seorang lelaki menunggang seekor kuda dengan amat kencang sekali. Ketika itu riak cemas orang ramai bertukar menjadi reda. Tepat sekali bagaimana dijanjikan pemuda itu sampai genap jam lima petang. 

Pemuda itu lantas turun di hadapan Khalifah seraya meminta maaf kerana 'terlambat' menyebabkan suasana tegang dan cemas. Pemuda itu menerangkan sepatutnya dia sampai lebih awal, tetapi terlewat disebabkan tali kudanya putus di tengah perjalanan. Dia menerangkan urusan yang dikatakannya amat penting dulu ialah kerana terpaksa menyelesaikan tanggungjawabnya sebagai penjaga harta anak-anak yatim dan menyerahkan tugas itu kepada ibunya. Pemuda itu berjumpa Abu Zar untuk mengucapkan terimakasih di atas kesanggupannya menjadikan dirinya sebagai tebusan. Selepas itu dia segera ke tempat dilakukan hukuman pancung. Ketika pengawal hendak menghayun pedangnya, tiba-tiba anak petani dengan suara yang kuat meminta hukuman dibatalkan. Dengan rela hati dia memaafkan kesalahan pemuda itu. Mendengar kata-kata anak petani itu, pemuda itu amat lega dan terus sujud tanda syukur kepada Allah

Penyakit Hati Sombong, Iri, dan Dengki dan Cara Mengobatinya



Hati (bahasa Arab Qalbu) adalah bagian yang sangat penting daripada manusia. Jika hati kita baik, maka baik pula seluruh amal kita:

Rasulullah saw. bersabda, “….Bahwa dalam diri setiap manusia terdapat segumpal daging, apabila ia baik maka baik pula seluruh amalnya, dan apabila ia itu rusak maka rusak pula seluruh perbuatannya. Gumpalan daging itu adalah hati.” (HR Imam Al-Bukhari)

Sebaliknya, orang yang dalam hatinya ada penyakit, sulit menerima kebenaran dan akan mati dalam keadaan kafir.

“Orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, disamping kekafirannya yang telah ada dan mereka mati dalam keadaan kafir.” [At Taubah 125]

Oleh karena itu penyakit hati jauh lebih berbahaya daripada penyakit fisik karena bisa mengakibatkan kesengsaraan di neraka yang abadi.
Kita perlu mengenal beberapa penyakit hati yang berbahaya serta bagaimana cara menyembuhkannya.

Sombong

Sering orang karena jabatan, kekayaan, atau pun kepintaran akhirnya menjadi sombong dan menganggap rendah orang lain. Bahkan Fir’aun yang takabbur sampai-sampai menganggap rendah Allah dan menganggap dirinya sebagai Tuhan. Kenyataannya Fir’aun adalah manusia yang akhirnya bisa mati karena tenggelam di laut.

Allah melarang kita untuk menjadi sombong:

“Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al Israa’ 37]

“Janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” [Luqman 18]

Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong:

“Masuklah kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min 76]

Kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir kita tidak punya kekuasaan apa-apa. Kita tidak punya kekayaan apa-apa. Bahkan pakaian pun tidak. Kecerdasan pun kita tidak punya. Namun karena kasih-sayang orang tua-lah kita akhirnya jadi dewasa.

Begitu pula saat kita mati, segala jabatan dan kekayaan kita lepas dari kita. Kita dikubur dalam lubang yang sempit dengan pakaian seadanya yang nanti akan lapuk dimakan zaman.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ “Uluumuddiin menyatakan bahwa manusia janganlah sombong karena sesungguhnya manusia diciptakan dari air mani yang hina dan dari tempat yang sama dengan tempat keluarnya kotoran.

Bukankah Allah mengatakan pada kita bahwa kita diciptakan dari air mani yang hina:

“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?” [Al Mursalaat 20]

Saat hidup pun kita membawa beberapa kilogram kotoran di badan kita. Jadi bagaimana mungkin kita masih bersikap sombong?

‘Ujub (Kagum akan diri sendiri)

Ini mirip dengan sombong. Kita merasa bangga atau kagum akan diri kita sendiri. Padahal seharusnya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah.
Jika kita mendapat keberhasilan atau pujian dari orang, janganlah ‘ujub. Sebaliknya ucapkan “Alhamdulillah” karena segala puji itu hanya untuk Allah.

Iri dan Dengki

Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat itu sesuai dengan usaha mereka dan juga sudah jadi ketentuan Allah.

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” [An Nisaa’ 32]

 Iri hanya boleh dalam 2 hal. Yaitu dalam hal bersedekah dan ilmu.

Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. (HR. Bukhari)

Jika kita mengagumi milik orang lain, agar terhindar dari iri hendaknya mendoakan agar yang bersangkutan dilimpahi berkah.

Apabila seorang melihat dirinya, harta miliknya atau saudaranya sesuatu yang menarik hatinya (dikaguminya) maka hendaklah dia mendoakannya dengan limpahan barokah. Sesungguhnya pengaruh iri adalah benar. (HR. Abu Ya’la)

Dengki lebih parah dari iri. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang. Dan merasa senang jika orang lain susah. Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan, atau pun perbuatan. Oleh karena itu Allah menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki:

“Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” [Al Falaq 5]

Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita.

Waspadalah terhadap hasud (iri dan dengki), sesungguhnya hasud mengikis pahala-pahala sebagaimana api memakan kayu. (HR. Abu Dawud)

Friday, June 5, 2015

Bangkit Menuju Sukses Sejati

Individu yang bangkit dapat dilihat dari perilakunya. Perilaku individu itu ditentukan oleh pemikiran yang ia yakini. Jika pemikirannya rendah maka individu itupun akan menjadi individu yang rendah. Sebaliknya, ketika pemikiran yang diemban dan diyakini individu itu tinggi, maka ia akan menjelma menjadi individu yang bangkit. Artinya bangkit tidaknya individu itu sebenarnya ditentukan oleh tinggi rendahnya pemikiran yang ia emban dan ia yakini.

Saudaraku, langkah pertama untuk bangkit adalah menghancurkan sindrom diri yang telah lama membelenggu diri kita. Caranya? Mari kita dapatkan dari kisah inspiratif Panglima Islam, Thariq bin Ziyad.

Ombak besar bergulung seirama dengan hembusan angin laut menyergap secara bergantian semenanjung pantai Tenggara Spanyol. Deburnya terdengar begitu keras saat menghantam karang-karang terjal dan mencipratkan buih ke udara. Tak terdengar suara lain, kecuali suara alam pantai dengan berbagai harmoninya. Kesunyian seolah menelan pantai itu selama bertahun-tahun. Tapi, tidak di suatu hari pada tahun 711 M. Kesunyian itu pecah oleh berderaknya serombongan armada tempur yang telah melintasi 13 mil laut untuk menyeberangi selat Andalusia. Armada berkekuatan 7.000 prajurit ini merapat. Sebuah komando menyulut, semangatpun keluar dari sang panglima.

”Wahai saudara-saudaraku, lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, kemanakah kalian akan lari? Demi Allah, yang kalian miliki hanyalah kejujuran dan kesabaran. Ketahuilah bahwa di pulau ini kalian lebih terlantar daripada anak yatim yang ada di lingkungn orang-orang hina. Musuh kalian telah menyambut dengan pasukan dan senjata mereka. Kekuatan mereka sangat besar, sementara kalian tanpa perlindungan selain pedang-pedang kalian, tanpa kekuatan selain dari barang-barang yang kalian rampas dari tangan musuh kalian. Seandainya pada hari-hari ini kalian masih tetap sengsara seperti ini, tanpa adanya perubahan yang berarti, niscaya nama baik kalian akan hilang, rasa gentar yang ada pada hati musuh akan berganti menjadi berani kepada kalian!”

Tanpa keraguan sedikitpun, panglima itu memerintahkan pasukannya untuk membakar kapal-kapal yang telah membawa mereka. Banyak orang mungkin bertanya. Bukankah kapal-kapal itu adalah aset? Bukankah aset perang justru seharusnya dijaga? Tidak! Itulah prinsip sang Panglima. Secara Zahir, memang kapal-kapal itu habis terbakar, namun pada hakikatnya perintah ini juga telah membakar habis pilihan untuk menjadi pecundang dan pengecut serta meyisakan dua pilihnan, yang keduanya mulia: Menangkan pertempuran atau mati syahid. Di sinilah terbentuk kesamaan visi dan misi antara panglima dan prajurit dalam membangun tim yang kompak dan padu. Langkah ini telah membuahkan kemenangan. Sebuah kemenangan yang mengantarkan umat Islam memasuki babak baru, dakwah di bumi Andalusia.

Panglima itu adalah Thariq bin Ziyad, seorang pahlawan muslim pembebas Andalusia yang namanya diabadikan untuk menyebut bukit karang setinggi 450 meter di semenanjung pantai tenggara Spanyol. Jabal Thariq, begitulah orang Arab menamai bukit itu. Lidah eropa menyebutnya Gibraltar.

Kemenangan yang diraihnya termasuk historical moment. Betapa tidak, 7.000 prajurit muslim harus berhadapan dengan jumlah personel musuh yang jauh lebih besar, 25.000 prajurit Visigoth di bawah perintah raja Roderick. Sebuah kekuatan perang yang sangat tak berimbang, mengingatkan kita pada fenomena Perang Badar di mana pasukan musuh berjumlah lebih dari tiga kali lipat pasukan muslim.

Pasukan muslim dihadapkan pada dua pilihan mulia dalam jihad, yang keduanya berbalas pahala besar, yakni menang atau mati syahid. Ketidakberimbangan kekuatan pasukan saat itu berpotensi untuk membuat kecut nyali sebagian pasukan yang dapat meracuni kekuatan tim. Ciutnya nyali dan lemahnya semangat dapat membuat mereka berpikir untuk kembali ke pantai, mengayuh kpal meninggalkan lahan ibadah. Ini harus dicegah! Hangusnya kapal menjadi puing-puing yang teronggok membuat kemungkinan ini harus ikut hangus musnah. Seperti yang dikatakannya, ”Lautan ada di belakang kalian, musuh ada di depan kalian, ke manakah kalian akan lari?” maju menerobos musuh, beresiko terbunuh. Mundur ke pantai, menerobos ombak laut beresiko sama. Namun, pilihan pertama tentu lebih ksatria dan mendatangkan pahala. Ada surga disana. Jika sama resikonya, tak ada alasan sedikitpun untuk memilih yang kedua. Api ruh jihad secara cepat merembet dan mengobarkan semangat 7.000 prajurit muslim. Dalam gemuruh takbir mereka maju menegakkan kalimat tahlil di bumi Andalusia.

Sejarah mencatat, mereka berhasil menundukkan Spanyol dan terus bergerak maju sampai ke perbatasan Perancis di Tours. Inilah jalur masuk Islam di Eropa Barat.

Apa hikmah dari kisah di atas?

Saudaraku, tentu ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari kisah inspiratif ini. Terkait dengan kebangkitan diri – belajar dari pengalaman Thariq – memang tak ada jalan lain untuk dapat membangkitkan diri, kecuali mengikuti jejak Panglima Islam, Thariq bin Ziyad, ketika membakar seluruh kapal untuk memotivasi 7.000 prajuritnya guna membebaskan bumi Andalusia pada tahun 711 sebagaimana dikisahkan di atas.

Saudaraku, kita harus membakar ”kapal” agar termotivasi dahsyat dan bangkit, layaknya pasukan Thariq. Jadi, berikut ini hal-hal yang patut kita lakukan.

1. kita mesti menciptakan ”kondisi yang memotivasi untuk bangkit” yakni dengan suatu komando atau kebijakan strategis menghilangkan pilihan mundur dengan mengorbankan aset. Maksudnya, kita harus menghilangkan pilihan mundur untuk kembali menenggelamkan diri dalam kubangan sindrom Trapped in a Comfort Zone. Kita harus berani mengorbankan aset berupa ”kapal rasa kemapanan dan kenyamanan” yang telah lama menyertai kehidupan kita sehingga melenakan diri kita. Aset ini tak lain adalah pola pikir dan pola sikap kita yang sekuler.

2. Menyatukan visi dan cara pandang. Maksudnya, mulai saat ini visi dan cara pandang kita adalah mewujudkan diri yang dapat merengkuh sukses dunia dan sukses akhirat. Karenanya, sukses diri kita adalah juga bagian dari sukses (kebangkitan) umat.

Hidup Mulia atau Mati Syahid. Wallahu a’lam bi ash-shshawab.

FesBan Se-Jatim di Surabaya ~ 04 Juli 2015


Thursday, May 28, 2015

FesBan Se-Jatim tingkat MA/SMA/SMK Sederajat ~ 13 Juni 2015


Monday, May 25, 2015

FesBan se-Malang Raya ~ 13 juni 2015


Ikutilah Festival Sholawat Al-Banjari Umum Se-Malang Raya

Memperebutkan :
Juara 1 :Tropy,Piagam,Uang Pembinaan.
Juara 2 :Tropy,Piagam,Uang Pembinaan.
Juara 3 :Tropy,Piagam,Uang Pembinaan.
Harapan 1 :Tropy,Piagam,Uang Pembinaan.
Harapan 2 :Tropy,Piagam,Uang Pembinaan.
Harapan 3 :Tropy,Piagam,Uang Pembinaan.

Pelaksanaan pada hari :Sabtu,13 Juni 2015.
TM :Minggu,07 Juni 2015 & HTM: Rp60.000,

Lokasi Di PP. AGRO KOMPLEKS AL-HUDA Jl.Masjid Al-Huda Pulungan-Pulungdowo Kec.Tumpang-Malang.

Cp:
Wahieb:08980366890/Amien:085791076473

Sunday, May 17, 2015

Lirik Ya Robbi bil Musthofa


يارب بالمصطفی بلغ مقا صدنا
واغفرلنا مامضی ياواسع الگرم

Yâ robbi bil Mushthofâ balligh maqô shidanâ Waghfir lanâ mâmadlô yâ wâsi’al karomi
Wahai Tuhanku, berkat al-Musthofa, sampaikanlah tujuan kami, dan ampuni kami dari apa apa yang telah lalu, wahai yang Maha luas Kemurahan Nya.

محمد سيد الگونين والثقلين
والفريقين من عرب ومن عجم

Muhammadun sayyidul kaunaini wats-tsaqolaini wal farîqoini min ‘urbin wa min ‘ajami
Muhammad (saw) adalah pemimpin dua alam, dan dua ras dan dua golongan dari bangsa Arab maupun dari bangsa Ajam (selain Arab)

نبينا الآمر الناهي فلا أحد
أبر فی قول لامنه ولا نعم

Nabiyyunâl ãmirun-nâhî falâ ahadun abarro fî qouli lâ minhu wa lâ na’ami
Nabi kita yang memerintahkan kema’rufan dan yang mencegah kemungkaran, yang tidak ditemukan satu pun makhluk Allah yang lebih benar ucapannya ketika mengatakan “ya” atau “tidak”.

هو الحبيب الذي ترجی شفاعته
لکل هول من الأهوال مقتحم

Huwal habîbulladzî turjâ syafâ’atuhu likulli haulin minal ahwâli muqtahami
Dialah seorang kekasih yang diharapkan syafa’at nya, pada setiap kejadian dari kejadian yang mengerikan.

دعا إلی الله فالمستمسکون به
مستمسکون بحبل غير منقسم

Da’â ilâAllâhi fâlmustamsikûna bihi  mustamsikûna bihablin ghoiro munqosimi
Dia mengajak menuju Allah, maka yang berpegang kepadanya, berarti berpegang pada tali yang tidak akan kendor.

فاق النبيين فی خلق وفی خلق
ولم يدانوه فی علم ولا گرم

Fâqon-nabiyyîna fî kholqin wa fî khuluqin wa lam yudânûhu fî ‘ilmin wa lâ karomi
Dia (Muhammad) melebihi para nabi dalam penciptaan akhlaknya, dan tidak ada yang menyamainya dalam pengetahuan dan kemuliaan.

وکلهم من رسول الله ملتمس
غرفا من البحر أو رشفا من الديم

Wa kulluhum min rosûlillâhi multamisun ghorfân minal bahri au rosyfân minaddiyami
Dan semuanya mengambil berkah dari Rosulullah, seraup dari lautan atau sepercik dari danau.

Lirik Ya Khoiro Hadi


يا خير هادی للأنام  تساما  ۲

Yâ khoiro hâdî lil anâmi  tasâmâ 2x

عطفا علی  ۲  من ذاب فيك غراما

‘Athfân ‘alâ 2x  man dzâba fîka ghorômâ

أنت الذي شرفت کل مشرف  ۲

Antalladzî syarrofta kulla musyarrofin 2x

ومنحتنا  ۲  ياذی الندی ياإماما

Wa manahtanâ 2x  yâ dzân-nadâ yâ imâmâ

ياسيد الگونين يا علم الهدی  ۲

Yâ sayyidal kaunaini yâ ‘alamal hudâ 2x

يا من أتی  ۲  للمرسلين ختاما

Yâ man atâ 2x  lilmursalîna khitâmâ

Lirik Qosidah A’rif Bihubbillah


أعرف بحب الله نفسك ۰۞۰ وارفع بدين الله رأسك
A’rif bihubbillâhi nafsak ۰۞۰ warfa’ bidînillâhi ro,sak 

واکثر علی هام الربی ۲ ۰۞۰ أنوارا ۲ واجعله الأنسك
Waktsir ‘alâ hâmirrubâ 2x ۰۞۰ Anwârô 2x waj’alhul unsak

أنسيت يوما فی الزمان ۰۞۰ ملأ الوجود به الحنان
Anasîta yauman fiz-zamân ۰۞۰ mala-al wujûda bihil hanân

بك أنت لا بسواك گان ۰۞۰ أنسيت عن أنس کامسك
Bika anta lâ bisiwâka kân ۰۞۰ anasîta ‘an unsin ka-amsak

فانهط أخي وأقدمی ۰۞۰ واکثر علی الافاك شمسك
Fanhath ukhoyya wa aqdimî ۰۞۰ Waktsir ‘alâl âfâki syamsak

هنك للکياك الربوع ۰۞۰ فضل گما طلع الربيع
Hannak lilukyâkar-rubû’ ۰۞۰ Fadl-la kamâ thola’ar-robî’

وامنح برك للجموا ۰۞۰ أشدد بحب الله بعثك
Wamnahha birrok liljumû ۰۞۰ Usydud bihubbillâhi ba’tsak

Lirik As’adul Ayyam


أسعد الأيام يوم  ، جاءنا فيه محمد
As’adul ayyaami yaumun jaa-anaa fiihi Muhammad

جمع الناس ووحد ، ونداء الحق ردد
Jama’an-naasa wawahhad wa nidaa-al haqqi roddad

فشدی الدهر وغرد ، أسعد الأيام
Fasyadaad-dahru wa ghorrod  as’adul ayyaami

جاءنا والناس فوضی ، بعضهم يظلم بعضا
Jaa-anaa wannaasu faudloo ba’dluhum yadhlimu ba’dloo

فأقام الحق فرضا ، حقق العدل وأرضی
Fa-aqoomal haqqo fardloo haqqoqol ‘ad-la wa ardloo

وشدی الدهر وغرد ، أسعد الأيام
Wa syadaad-dahru wa ghorrod as’adul ayyaami

نحن مذ جاء اهتدينا ، هلت البشری علينا
Nahnu mudz jaa-ahtadainaa hallatil busyroo ‘alainaa

فسعی الناس إلينا ، يوم أرضينا محمد
Fasa’aan-naasu ilainaa yauma ardloinaa Muhammad

وشدی الدهر وغرد ، أسعد الأيام
Wa syadaad-dahru wa ghorrod as’adul ayyaami

ربنا وفق خطانا ، وأجز عنا مصطفانا
Robbanaa waffiq khuthoonaa wa ajzi ‘annaa Mushthofaanaa

وأرفع الإسلام شأنا ، بالنبی الهادی محمد
Wa arfa’il islaama sya.naa binnabiil haadii Muhammad

قد شدی الطير وغرد ، أسعد الأيام
Qod syadaath-thoiru wa ghorrod  as’adul ayyaam

کلما نادی المنادی ، أو حدی فی الرکب حادی
Kullamaa naadaal munaadii auhadaa fiir-rokbi haadii

أوشدی فی الروض شادی ، فعلی خير العباد
Awsyadaa fiir-roudli syaadii fa’alaa khoiril ‘ibaad

صل يارب محمد ، أسعد الأيام
Sholli yaa robba Muhammad as’adul ayyaam

Lirik Allahu Binurihi Tajalla


الله بنوره تجلی بمجد  القدرة الإله  ياألله
Allâhu binûrihi tajallâ bimajdil ~ qudrotil ilâhi Yâ Allâh

والعقل ساجد قد صلی  لذات الحضرة القدسيه
Wal ‘aqlu sâjidun qod shollâ  lidzâtil hadl-rotil ~ qudsiyyah

الله الله  الله بنوره تجلی
Allâhu Allâhu.. Allâhu binûrihi tajallâ

الله تجلی بأنوار  وگان الگون بأقدر
Allâhu tajallâ bi-anwâri  wa kânal kaunu bi-aqdari

والعقل بعلمه وکماله  شهد لقدس الربوبيه
Wal ‘aqlu bi’ilmihi wa kamâlihi  syahida liqudsir ~ rubûbiyyah

والحضيا لذات وحياة  سبح لرب السموات
Wal hadliyâ lidzâti wa hayât  sabaha lirobbis-samâwâti

وقر قتل الحضی وضل  بأنوار رحمانية
Waqro qottalil hadl-dlî wadlol  bi-anwâri rohmâniyyah

الله الله  الله ياألله
Allâhu Allâhu Allâhu Yâ Allâh

أخليت قلبی من سواك  وملئت قلبی من هداك
Akhlaitu qolbî min siwâka  wamala,tu qolbî min hudâka

فرأيت کل سعادتى  ورأيت عزی فی رضاك
Faro-aitu kulla sa’âdatî  wa ro-aitu ‘izzî fî ridlôka

فتبعت ياربی هداك
Fatabi’tu Yâ Robbî hudâka

أنت الذی أوجدتنی  وگفلتنی وحفظتنی
Antalladzî aujadtanî  wa kafiltanî wa hafidhtanî

وبکل فضل زدتنی  والفضل ماصنعت يداك
Wa bikulli fadl-lin zidtanî  wal fadl-lu mâ shona’at yadâka

يامن قلبی من دعاك
Yâ man qolbî man da’âka

بهداك ربی أنعم  ومن المتاعب أسلم
Bihudâka robbî an’amu  wa minal matâ’ibi aslamu

حسبی بأنی مسلم  يدعوك ربی بعلاك
Hasbî bi-annî muslimu  yad’ûka robbî bi’ulâka

ويعيش لايدعو سواك
Wa ya’îsyu lâ yad’û siwâka

کل السعادة فی هداك  وأری السلامة فی رضاك
Kullus-sa’âdati fî Hudâka  wa arôs-salâmata fî ridlôka

أغنيتنی عن من سواك  لو لاك عاجلنی الهلاك
Aghnaitanî ‘an man siwâka  lau lâka ‘âjalanîl halâka

فأدم بحقك لی هداك
Fa adim bihaqqika lî Hudâka

Lirik Rohatil Athyaru Tasydu (Kisah Sang Rasul)

 
هذه القصيدة راحة الأطيار تشدو
Qosidah Rohatil Athyaru Tasydu (Burung-burung berkicauan teramat bahagia)

راحت الأطيار تشدو
فی ليالی المولد
Roohatil athyaaru tasyduu fii layaaliil maulidi

وبريق النور يبدو
من معانی أحمد
Wa bariiqun-nuuri yabduu min ma’aanii Ahmadi

فی ليالی المولد
Fii layaaliil maulidi

مولد الهادی سلامی
انت للأجيال عيد
Maulidul haadii salaamaa anta lil ajyaal ‘iidi

نورك العالی تسامی
من حمی البيت المجيد
Nuurukal ‘aalii tasaamaa min himaal baitil majiid

وبريق النور يبدو
من معانی أحمد
Wa bariiqun-nuuri yabduu min ma’aanii Ahmadi

فی ليالی المولد
Fii layaaliil maulidi

عندما نادی المنادی
جاء شمس العالمين
‘inda maa naadaal munaadii jaa-a syamsul ‘aalamiin

وازدهت بين العباد
طلعة الهادی الأمين
Wazdahat bainal ‘ibaadi thol’atul haadiil amiin

و بريق النور يبدو
من معانی أحمد
Wa bariiqun-nuuri yabduu min ma’aanii Ahmadi

فی ليالی المولد
Fii layaaliil maulidi

Abdullah nama ayahnya, Aminah ibundanya…
Abdul Muthalib kakenya, Abu Thalib pamannya…
Khadijah istri setia, Fathimah putri tercinta…
Semua bernasab mulia, dari Quraisy ternama…
(inilah kisah sang Rosul, yang penuh suka duka 2X
Oh...Penuh Suka Duka, Oh...Penuh Suka Duka )

Dua bulan di kandungan, wafat ayahandanya…
Tahun Gajah dilahirkan, yatim dengan kakeknya…
Sesuai adat yang ada, disusui Halimah…
Enam tahun usianya, wafat ibu terpuja…
(inilah kisah sang Rosul, yang penuh suka duka 2X
Oh...Penuh Suka Duka, Oh...Penuh Suka Duka)

Delapan tahun usia, kakek meninggalkannya…
Abu Thalib pun menjaga, paman paling membela…
Saat kecil penggembala, dagang saat remaja…
Umur dua puluh lima, memperistri Khadijah…
(inilah kisah sang Rosul, yang penuh suka duka 2X
Oh...Penuh Suka Duka, Oh...Penuh Suka Duka )

Diumur ketiga puluh, mempersatukan bangsa…
Saat peletakan batu, Hajar Aswad mulia…
Genap 40 tahun, mendapatkan risalah…
Ia pun menjadi Rosul, akhir para Anbiya…
(inilah kisah sang Rosul, yang penuh suka duka 2X
 Oh...Penuh Suka Duka, Oh...Penuh Suka Duka )
 

Lirik Syair Pepali Ki Ageng Selo

Allahumma sholli 'ala sayyidina
Muhammadin tibbil qulubi wadawaiha
Wa'afiyatil abdani wa syifa'iha
Wa nuuril abshoori wadliyaaiha
Wa alaa alihi washohbihi wasallim

Pepali ki ageng, selo amberkahi
Ojo gawe angkuh, ojo ladak lan ojo jahil
Ojo ati serakah lan ojo celimut
Ojo buru aleman lan ojo ladak
Wong ladak pan gelis mati, lan ojo ati ngiwo

Niruho wong mulyo, habaib ulomo
Niyat hormat golek tsawab ujar berkah kang minulyo
Ojo sampe modo, ora keno nyelo
Luwih becik derek tindak lampah pinuji minulyo
Tembung alus ati ati, lungguhe ojo sembrono

Sopo nandur bagus, bakal panen ugo
Seneng ayem bahagia, anak putu sak kluwargo
Lamun dadi penggede, printah anak buahe
Ojo nganti keras kaku, sak seneng karepe dewe
Dadiyo siro pelindung, printah kelawan kiro kiro

Iling lan waspodo, dawuh kang utomo
Senengno jiwamu lan atimu, ojo salah tompo
Pitutur kang luhur, printahe agomo
Ojo simpang siur, tindak ngawur ndadekno sengsoro
Dadiyo wong agung kang minulyo, tumindak sempurno

Nindaki kewajiban, kanti dasar iman
Akhlaq bagus tumus, sabar alus noto ati mapan
Ta'at lan ngabekti, perintahe gusti
Nindakno ngibadah, netepi printah amal kang pinuji
Nyadong ridlo rahmat lan syafa'at saking kanjeng nabi

FesBan se Jatim ~ 23 agustus 2015



Dalam Rangka Memperingati Hari Kemerdekaan RI Ke 70 PR. IPNU - IPPNU Sudimoro - Tulangan - Sidoarjo Mengadakan Festival Al - Banjari Se - Jawa Timur Pada Tanggal 23 Agustus 2015 Di Masjid Al - Ikhsan Sudimoro - Tulangan - Sidoarjo
Pendaftaran :
SMS Ke CP : Banjari # Nama Group # Nama Pimpinan # No Telp # Alamat
Tanggal : 01 April 2015 Sampai Kuota Mencapai 50 Group
Biaya : Rp. 100.000,00
Contact Person :
1. Siti Maslikhati Zurroh ( 087856508473 )
2. Fahrudin Yusron ( 085755114006 )

FesBan Sekeresidenan Bojonegoro dan Gresik


Thursday, May 14, 2015

Biografi K.H. Abdul Wahab Hasbullah

Latar Belakang Dan Nasab

KH. Abdul Wahab Hasbullah lahir di Jombang, 31 Maret 1888. Ayah beliau adalah Kiai Hasbullah Said, pengasuh Pesantren Tambakberas Jombang Jawa Timur, sedangkan Ibundanya bernama Nyai Latifah. Kiai Hasbullah adalah putra dari Nyai Fatimah binti Abdus Salam (Kiai Sihah) yang tak lain adalah saudara kandung Nyai Layyinah binti Abdus Salam, ibu dari Nyai Halimah (ibunda Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari).

Pendidikan

Masa pendidikan KH. Abdul Wahab dari kecil hingga besar banyak dihabiskan di pondok pesantren. Selama kurang lebih 20 tahun, beliau secara intensif menggali pengetahuan keagamaan dari beberapa pesantren. Karena tumbuh di lingkungan pondok pesantren, mulai sejak dini beliau diajarkan ilmu agama dan moral pada tingkat dasar. Termasuk dalam hal ini tentu diajarkan seni Islam seperti kaligrafi, hadrah, barzanji, diba’, dan sholawat. Kemudian tak lupa diajarkan tradisi yang menghormati leluhur dan keilmuan para leluhur, yaitu dengan berziarah ke makam-makam leluhur dan melakukan tawasul.

Beliau dididik ayahnya sendiri cara hidup seorang santri. Diajaknya shalat berjamaah, dan sesekali dibangunkan malam hari untuk shalat tahajjud. Kemudian Kiai Hasbullah membimbingnya untuk menghafalkan Juz ‘Amma dan membaca Al-Qur’an dengan tartil dan fasih. Lalu beliau dididik mengenal kitab-kitab kuning, dari kitab yang paling kecil dan isinya diperlukan untuk amaliyah sehari-hari. Misalnya: Kitab Safinatunnaja, Fathul Qorib, Fathul Mu’in, Fathul Wahab, Muhadzdzab dan Al Majmu’. Abdul Wahab Hasbullah juga belajar Ilmu Tauhid, Tafsir, Ulumul Quran, Hadits, dan Ulumul Hadits.

Kemauan yang keras untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya tampak semenjak masa kecilnya yang tekun dan cerdas memahami berbagai ilmu yang dipelajarinya. Selama enam tahun awal pendidikannya, beliau dididik langsung oleh ayahnya, baru ketika berusia 13 tahun, KH. Abdul Wahab merantau untuk menuntut ilmu. Maka beliau pergi ke satu pesantren ke pesantren lainnya.

Di antara pesantren yang pernah disinggahi KH. Ahmad Wahab Hasbullah adalah sebagai berikut:
1. Pesantren Langitan Tuban.
2. Pesantren Mojosari, Nganjuk.
3. Pesantren Cempaka.
4. Pesantren Tawangsari, Sepanjang.
5. Pesantren Kademangan Bangkalan, Madura dibawah asuhan Kiai Kholil Bangkalan.
6. Pesantren Branggahan, Kediri.
7. Pesantren Tebuireng, Jombang dibawah asuhan Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy‘ari.

Khusus di Pesantren Tebuireng, beliau cukup lama menjadi santri. Hal ini terbukti, kurang lebih selama 4 tahun, beliau menjadi “lurah pondok”, sebuah jabatan tertinggi yang dapat dicicipi seorang santri dalam sebuah pesantren, sebagai bukti kepercayaan kiai dan pesantren tersebut.

Setelah merasa cukup bekal dari para ulama di Jawa dan Madura, beliau ke Makkah untuk belajar pada ulama terkemuka dari dunia Islam, termasuk para ulama Jawa yang ada di sana seperti Syaikh Mahfudz Termas dan Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Selain belajar agama saat di Makkah itu, beliau juga mempelajari perkembangan politik nasional dan internasional bersama aktivis dari seluruh dunia.

Peranan Dalam Bidang Sosial Dan Kebangsaan

KH. Abdul Wahab Hasbullah adalah pelopor kebebasan berpikir di kalangan ummat Islam Indonesia, khususnya di lingkungan Nahdhiyyin. Beliau merupakan seorang ulama besar Indonesia yang menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama kebebasan berpikir dan berpendapat. Untuk itu KH. Abdul Wahab membentuk kelompok diskusi Tashwirul Afkar (Pergolakan Pemikiran) di Surabaya pada tahun 1914 M.

Mula-mula kelompok ini mengadakan kegiatan dengan peserta yang terbatas. Tetapi berkat prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat yang diterapkan dan topik-topik yang dibicarakan mempunyai jangkauan kemasyarakatan yang luas, dalam waktu singkat kelompok ini menjadi sangat populer dan menarik perhatian di kalangan pemuda. Banyak tokoh Islam dari berbagai kalangan bertemu dalam forum itu untuk memperdebatkan dan memecahkan permasalahan pelik yang dianggap penting.

Tashwirul Afkar tidak hanya menghimpun kaum ulama pesantren. Ia juga menjadi ajang komunikasi dan forum saling tukar informasi antar tokoh nasional sekaligus jembatan bagi komunikasi antara generasi muda dan generasi tua. Karena sifat rekrutmennya yang lebih mementingkan progresivitas berpikir dan bertindak, maka jelas pula kelompok diskusi ini juga menjadi forum pengkaderan bagi kaum muda yang gandrung pada pemikiran keilmuan dan dunia politik.

Kebebasan berpikir dan berpendapat yang dipelopori KH. Abdul Wahab Hasbullah dengan membentuk Tashwirul Afkar merupakan warisan terpenting beliau kepada kaum muslimin Indonesia. Beliau telah mencontohkan kepada generasi penerusnya bahwa prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat dapat dijalankan dalam nuansa keberagamaan yang kental. Prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat tidak akan mengurangi ruh spiritualisme umat beragama dan kadar keimanan seorang muslim. Dengan prinsip kebebasan berpikir dan berpendapat, kaum muslim justru akan mampu memecahkan problem sosial kemasyarakatan dengan analisis keislaman.

Bersamaan dengan itu, dari rumahnya di Kertopaten, Surabaya, KH. Abdul Wahab bersama KH. Mas Mansyur menghimpun sejumlah ulama dalam organisasi Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) yang mendapatkan kedudukan badan hukumnya pada 1916 M. Dari organisasi inilah KH. Abdul Wahab mendapat kepercayaan dan dukungan penuh dari ulama pesantren yang kurang-lebih sealiran dengannya. Di antara ulama yang berhimpun itu adalah KH. Bisri Syansuri (Denanyar Jombang), KH. Abdul Halim, (Leimunding Cirebon), KH. Alwi Abdul Aziz, KH. Ma’shum (Lasem) dan KH. Cholil (Kasingan Rembang).

Untuk memperkuat gerakannya itu, tahun 1918 M. KH. Abdul Wahab mendirikan Nahdlatut Tujjar (kebangkitan saudagar) sebagai pusat penggalangan dana bagi perjuangan pengembangan Islam dan kemerdekaan Indonesia. KH. Hasyim Asy’ari memimpin organisiasi ini. Sementara KH. Abdul Wahab menjadi sekretaris dan bendaharanya. Salah seorang anggotanya adalah KH. Bisri Syansuri.
Di tengah gencarnya usaha melawan penjajahan muncul persoalan baru di dunia Islam, yaitu terjadinya ekspansi gerakan Wahabi dari Najed, Arab Pedalaman yang menguasai Hijaz tempat suci Makkah dikuasai tahun 1924 M dan menaklukkan Madinah 1925 M.

Persoalan menjadi genting ketika aliran baru itu hanya memberlakukan satu aliran, yakni Wahabi yang puritan dan ekslusif. Sementara madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali yang selama ini hidup berdampingan di Tanah Suci itu, tidak diperkenankan lagi diajarkan dan diamalkan di Tanah Suci. Anehnya, kelompok modernis Indonesia setuju dengan paham Wahabi.

KH. Abdul Wahab lantas membentuk Komite Khilafat beranggotakan para ulama pesantren, dengan nama Komite Hijaz atas izin KH. Hasyim Asy’ari. Komite ini bertujuan untuk mencegah cara beragama model Wahabi yang tidak toleran dan keras kepala, yang dipimpin langsung Raja Abdul Aziz.

Untuk mengirimkan delegasi ini diperlukan organisasi yang kuat dan besar, maka dibentuklah organisasi yang diberi nama Nahdlatul Ulama pada tanggal 31 Januari 1926. KH. Abdul Wahab Hasbullah bersama Syaikh Ghonaim al-Misri yang diutus mewakili NU untuk menemui Raja Abdul Aziz Ibnu Saud. Usaha ini direspon baik oleh raja Abdul Aziz.

Beberapa hal penting hasil dari Komite Hijaz ini di antaranya adalah, makam Nabi Muhammad SAW dan situs-situs sejarah Islam tidak jadi dibongkar serta dibolehkannya praktik madzhab yang beragam, walaupun belum boleh mengajar dan memimpin di Haramain.

Seorang Inspirator GP Ansor

Dari catatan sejarah berdirinya GP Ansor dilahirkan dari rahim Nahdlatul Ulama (NU). Berawal dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh Nahdlatul Wathan, organisasi keagamaan yang bergerak di bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh dan pembinaan kader. KH. Abdul Wahab Hasbullah, tokoh tradisional dan KH. Mas Mansyur yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh arus gerakan yang berbeda justru saat tengah tumbuhnya semangat untuk mendirikan organisasi kepemudaan Islam. Dua tahun setelah perpecahan itu, pada 1924 para pemuda yang mendukung KH. Abdul Wahab Hasbullah -yang kemudian menjadi pendiri NU- membentuk wadah dengan nama Syubbanul Wathan (Pemuda Tanah Air).

Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda Ansor setelah sebelumnya mengalami perubahan nama seperti Persatuan Pemuda NU (PPNU), Pemuda NU (PNU), dan Anshoru Nahdlatul Oelama (ANO).

Nama Ansor ini merupakan saran KH. Abdul Wahab Hasbullah —ulama besar sekaligus guru besar kaum muda saat itu, yang diambil dari nama kehormatan yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Madinah yang telah berjasa dalam perjuangan membela dan menegakkan agama Allah. Dengan demikian ANO dimaksudkan dapat mengambil hikmah serta tauladan terhadap sikap, perilaku dan semangat perjuangan para sahabat Nabi yang mendapat predikat Ansor tersebut.

Gerakan ANO harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai dasar sahabat Ansor, yakni sebagi penolong, pejuang dan bahkan pelopor dalam menyiarkan, menegakkan dan membentengi ajaran Islam.

Meski ANO dinyatakan sebagai bagian dari NU, secara formal organisatoris belum tercantum dalam struktur organisasi NU. Baru pada Muktamar NU ke-9 di Banyuwangi, tepatnya pada tanggal 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934, ANO diterima dan disahkan sebagai bagian (departemen) pemuda NU. Dimasukkannya ANO sebagai salah satu departemen dalam struktur kelembagaan NU berkat perjuangan kiai-kiai muda seperti KH. Mahfudz Siddiq, KH. Wahid Hasyim, KH. Dachlan.

Karya Dan Pemikiran

Selain ahli dalam bidang politik, KH. Abdul Wahab adalah seorang ulama tauhid dan juga fiqih yag sangat mendalam dan luas pengetahuannya. Dengan ilmunya itu, itu dengan mudah mampu menerapkan prinsip-prinsip fiqih dalam kehidupan modern secara progresif, termasuk dalam bidang fiqih siyasah.

Kitab yang ditulisnya Sendi Aqoid dan Fikih Ahlussunnah Wal Jama’ah, menunjukkan kedalaman penguasanya di bidang ilmu dasar tersebut. Ini yang kemudian menjadi dasar bagi perjalanan Ahlusunnah Waljamaah di lingkungan NU.

Dalam tiap bahtsul masail muktamar NU, beliau selalu memberikan pandangannya yang mampu menerobos berbagai macam jalan buntu (mauquf) yang dihadapi ulama lain.

KH. Abdul Wahab sadar betul mengenai pentingnya pendidikan masyarakat umum. Karena itu dirintis beberapa majalah dan surat kabar seperti Berita Nahdlatoel Oelama, Oetoesan Nahdlatoel Oelama, Soeara Nahdlatoel Oelama, Duta Masyarakat, dan sebagainya. Beliau sendiri aktif salah seorang penyandang dananya dan sekaligus sebagai penulisnya. Propaganda di sini juga sangat diperlukan dan media ini sangat strategis dalam mepropagandakan gerakan NU dan pesantren ke publik. Gagasan itu semakin memperoleh relevansinya ketika KH. Mahfudz Siddiq dan KH. Wahd Hasyim turut aktif dalam menggerakkan pengembangan media massa itu.

Keluarga

Pada tahun 1914 M. KH. Abdul Wahab Hasbullah menikah dengan putri Kiai Musa yang bernama Maimunah. Sejak itu beliau tinggal bersama mertua di kampung Kertopaten Surabaya. Dari perkawinan ini lahir seorang anak laki-laki pada tahun 1916 M bernama Wahib, yang kemudian dikenal sebagai Kiai Wahab Wahib. Namun, pernikahan dan membina rumah tangga ini tidak berlangsung lama. Istrinya meninggal sewaktu mereka berdua menjalankan ibadah haji pada tahun 1921 M.

Setelah itu KH. Abdul Wahab Hasbullah menikah lagi dengan perempuan bernama Alawiyah, putri Kiai Alwi. Namun pernikahan ini pun tidak berlangsung lama sebab setelah mendapatkan putra, istrinya meninggal. Begitu juga untuk ketiga kalinya beliau menikah lagi, namun pernikahannya tidak berlangsung lama. Tidak jelas siapakah nama istri ketiganya ini. Juga, penyebab terputusnya pernikahan yang tidak lama tersebut, apakah karena istrinya meninggal atau bercerai.

Dari sini beliau menikah lagi, pernikahan keempat dilakukan dengan Asnah, putri Kiai Sa’id, seorang pedagang dari Surabaya dan memperoleh empat orang anak, salah satunya bernama Kiai Nadjib (almarhum) yang selanjutnya mengasuh Pesantren Tambakberas. Namun lagi-lagi pernikahan ini tidak langgeng kembali. Nyai Asnah meninggal dunia.

Kemudian KH. Abdul Wahab menikah lagi untuk yang kelima kalinya dengan seorang janda bernama Fatimah, anak Haji Burhan. Dari pernikahan ini beliau tidak mendapatkan keturunan. Namun, dari Fatimah beliau memperoleh anak tiri yang salah satunya kelak besar bernama KH. A. Syaichu.

Dari sinilah banyak orang mencemooh perilaku KH. Abdul Wahab. Tidak jarang, banyak orang yang menjulukinya sebagai “kiai tukang kawin” karena setelah itupun beliau menikah kembali untuk yang keenam kalinya. Kali ini dengan anak Kiai Abdul Madjid Bangil, yang bernama Ashikhah. Pernikahan inipun tidak berlangsung lama karena saat menunaikan ibadah haji bersama, Nyai Ashikhah meninggal dunia. Dari istri ini beliau dikaruniai empat orang anak.

Pernikahan beliau yang terakhir, yang ketujuh adalah dengan kakak perempuan Ashikhah, bernama Sa’diyah. Dengan perempuan inilah pernikahan KH. Abdul Wahab mencapai puncaknya, artinya langgeng sampai akhir hayat beliau. Dari Nyai Sa’diyah ini beliau mendapatkan beberapa keturunan, yaitu Mahfuzah, Hasbiyah, Mujidah, Muhammad Hasib dan Raqib.

Wafat

KH. Abdul Wahab Hasbullah wafat pads tanggal; 29 Desember 1971, empat hari setelah beliau terpilih kembali sebagai Rais Aam pada Muktamar NU di Surabaya.

Kisah Sufi Perempuan Pertama, Rabi`ah Al-Adawiyah (Mahabbah)

PENGANTAR
Sufi adalah istilah untuk mereka yang mendalami ilmu tasawwuf, sejenis aliran mistik dalam agama Islam. Sudah menjadi hal yang umum sejak zaman dulu bahwa yang menjadi tokoh sufi adalah berasal dari kalangan kaum laki-laki seperti Al-Hallaj, Jalaluddin Rumi, Syekh Shohibul Faroji Azmatkhan Ba’alawi Al-Husaini, Syekh Abdul Qadir Jaelani, Abu Nawas, Syekh Abul Hasan Asy Syadzili. Laki-laki memang sudah sepantasnya menjadi pemimpin dan tokoh utama dalam setiap bidang. Namun teori itu tak berlaku lagi ketika muncul   seorang tokoh sufi yang berasal dari kaum wanita  yang bernama Siti Rabiatul Adawiyah.

Rabiah adalah sufi pertama yang memperkenalkan ajaran Mahabbah (Cinta) Ilahi, sebuah jenjang (maqam) atau tingkatan yang dilalui oleh seorang salik (penempuh jalan Ilahi). Selain Rabi’ah al-Adawiyah, sufi lain yang memperkenalkan ajaran mahabbah adalah Maulana Jalaluddin Rumi, sufi penyair yang lahir di Persia tahun 604 H/1207 M dan wafat tahun 672 H/1273 M. Jalaluddin Rumi banyak mengenalkan konsep Mahabbah melalui syai’ir-sya’irnya, terutama dalam Matsnawi dan Diwan-i Syam-I Tabriz.


BIOGRAFI RABIAH ADAWIYAH DARI BERBAGAI SUDUT PANDANG

Siti Rabiah Adawiyah lahir di Basra pada tahun 105 H dan meninggal pada tahun 185 H. Siti Rabiah Al Adawiyah adalah salah seorang  perempuan Sufi yang  mengabdikan seluruh hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Soerang wanita yang alur kehidupannya tidak seperti wanita pada umumnya, ia terisolasi dalam dunia mistisme jauh dari hal-hal duniawi. Tidak ada sesuatu  yang lebih dicintainya di dunia yang melebihi cintanya kepada Allah. Kehidupannya seolah hanya untuk mendapatkan ridho Allah, tidak ada suatu tujuan apapun selain itu. Rabiah pernah mengeungkapkan bentuk penyerahan dirinya kepada Allah, ketulusan ibadahnya kepada Allah dalam syair berikut ini :
“Jika aku menyembah-Mu karena takut api neraka-Mu maka bakarlah aku di dalamnya. Dan jika aku menyembah-Mu karena mengharap surga-Mu maka haramkanlah aku daripadanya. Tetapi jika aku menyembah-Mu karena kecintaanku kepada-Mu maka berikanlah aku balasan yang besar, berilah aku melihat wajah-Mu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu.”

الحب الذي لا تقيده رغبة سوى حب الله وحده

‘Cinta yang murni yang bukan hanya terbatas oleh keinginan adalah cinta kepada Allah semata’
Siti Rabiah Al-adawiyah dilahirkan ditengah keluarga miskin. Seisi rumahnya hanya  dapat ditemukan barang yang memang benar-benar diperlukan saja bahkan konon mereka tidak memiliki setetes minyak (sejenis minyak telon) saja untuk menghangatkan perut anaknya, mereka tidak memiliki lampu untuk menerangi rumahnya. Ayahnya  hanya bekerja mengangkut penumpang menyeberangi Sungai Dijlah dengan menggunakan sampan. Ayah Rabiah Adawiyah pantang untuk meminta-minta kepada orang lain walaupun kondisi ekonominya ditengah kehancuran dan mendekati kesengsaraan. Ayah Rabiah bernama Ismail, nama yang tidak begitu dikenal di wilayahnya, jauh dari keheidupan gemerlap kota Basra yang saat itu merupakan kota besar. Lebih baik mati daripada hidup meminta-minta kepada orang lain bagi Ayah Rabiah Adawiyah. Prinsip yang melekat dalam diri Ayah Rabiah selaku suami dari istri yang memiliki empat anak ini begitu kuat.  Sang suami selalu yakin bahwa pertolongan Allah akan segera datang,  Allah tidak pernah tertidur, Allah selalu akan menjaga dan melindungi istri dan anak-anaknya. Hingga suatu ketika  Isterinya yang malang menangis sedih atas keadaan keluarganya  yang serba memprihatinkan itu. Dalam keadaan yang demikian itu sang istri mengeluh kepada sang suami. Sang suami hanya dapat menekurkan kepala ke atas lutut  hingga akhirnya ia terlena dalam tidurnya. Di dalam tidurnya ia bermimpi melihat Nabi. Nabi membujuknya: “Janganlah engkau bersedih, karena bayi perempuan yang baru dilahirkan itu adalah ratu kaum wanita dan akan menjadi penengah bagi 70 ribu orang di antara kaumku”.  Kemudian Nabi meneruskan; “Besok, pergilah engkau menghadap ‘ Gubernur Bashrah, Isa az-Zadan dan  tuliskan kata-kata berikut ini diatas sehelai kertas putih : ‘Setiap malam engkau mengirimkan shalawat seratus kali kepadaku, dan setiap malam Jum’at empat ratus kali. Kemarin adalah malam Jum’at tetapi engkau lupa melakukannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu berikanlah kepada orang ini empat ratus dinar yang telah engkau peroleh secara halal'”. Ketika terjaga dari tidurnya, ayah Rabiah mengucurkan air mata seraya bersyukur kepada Allah karena ia yakin bahwa mimpinya adalah benar dan merupakan petunjuk dari Allah bagi hambanya yang beriman. la pun segera menjalankan petunjuk sebagaimana yang diperintahkan Nabi dalam mimpinya, iamenulis  dan mengirimkannya  tulisannya kepada gubernur melalui pengurus rumah tangga istana. Tidak lama setelah sang Gubernur mambaca surat tersebut, sang gubernur langsung mengirim utusannya untuk membagikan uang  masing-masing dua ribu dinar kepada orang-orang miskin.

Seolah terhanyut dalam kebahagian dan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur karena sang gubernur merasa bahwa dia adalah orang yang istimewa di mata nabi maka ia memberikan hadiah uang empat ribu dinar kepada ayah Rabiah Adawiyah pada awalnya. Namun, setelah beberapa saat  sang gubernur  merasa tidak pantas hanya menghadiahkan uang dalam jumlah tersebut kepada kekasih Allah. Sang gubernur pun berjanji akan memberikan apapun yang  dibutuhkan ayah Rabiah Adawiyah. Kemudian sang gubernur pergi menemui Ayah dirumahnya dan membicarakan semua yang telah ia janjikan bagi ayah Rabiah Adawiyah. Sebagaimana yang penulis baca dan  kutip dari http://cerekaduniaakhirat.blogspot.com yang menceritakan  “Amir itu meminta supaya bapa Rabi’atul-adawiyyah selalu mengunjungi beliau apabila hendakkan sesuatu karena beliau sungguh berasa bertuah dengan kedatangan orang yang hampir dengan Allah. Selepas bapanya meninggal dunia, Basrah dilanda oleh kebuluran. Rabi’atul-adawiyyah berpisah dari adik-beradiknya. Suatu ketika kafilah yang beliau tumpangi itu telah diserang oleh penyamun. Ketua penyamun itu menangkap Rabi’atul-adawiyyah untuk dijadikan barang rampasan untuk dijual ke pasar sebagai abdi. Maka lepaslah ia ke tangan tuan yang baru.

Suatu hari, tatkala beliau pergi ke satu tempat atas suruhan tuannya, beliau telah dikejar oleh orang jahat. beliau lari. Tetapi malang, kakinya tergelincir dan jatuh. Tangannya patah. Beliau berdoa kepada Allah, “Ya Allah! Aku ini orang yatim dan abdi. Sekarang tanganku pula patah. tetapi aku tidak peduli segala itu asalkan Kau rida denganku. tetapi nyatakanlah keridaanMu itu padaku.” Tatkala itu terdengarlah suatu suara malaikat, “Tak mengapa semua penderitaanmu itu. Di hari akhirat kelak kamu akan ditempatkan di peringkat yang tinggi hinggakan Malaikat pun kehairanan melihatmu.” Kemudian pergilah ia semula kepada tuannya. Selepas peristiwa itu, tiap-tiap malam ia menghabiskan masa dengan beribadat kepada Allah, selepas melakukan kerja-kerjanya. Beliau berpuasa berhari-hari. Suatu hari, tuannya terdengar suara rayuan Rabi’atul-adawiyyah di tengah malam yang berdoa kepada Allah : “Tuhanku! Engkau lebih tahu bagaimana aku cenderung benar hendak melakukan perintah-perintahMu dan menghambakan diriku dengan sepenuh jiwa, wahai cahaya mataku. Jikalau aku bebas, aku habiskan seluruh masa malam dan siang dengan melakukan ibadat kepadaMu. Tetapi apa yang boleh aku buat kerana Kau jadikan aku hamba kepada manusia.”
Dilihat oleh tuannya itu suatu pelita yang bercahaya terang tergantung di awang-awangan, dalam bilik Rabi’atul-adawiyyah itu, dan cahaya itu meliputi seluruh biliknya. Sebentar itu juga tuannya berasa adalah berdosa jika tidak membebaskan orang yang begitu hampir dengan Tuhannya. sebaliknya tuan itu pula ingin menjadi khadam kepada Rabi’atul-adawiyyah. Esoknya, Rabi’atul-adawiyyah pun dipanggil oleh tuannya dan diberitahunya tentang keputusannya hendak menjadi khadam itu dan Rabi’atul-adawiyyah bolehlah menjadi tuan rumah atau pun jika ia tidak sudi bolehlah ia meninggalkan rumah itu. Rabi’atul-adawiyyah berkata bahawa ia ingin mengasingkan dirinya dan meninggalkan rumah itu. Tuannya bersetuju. Rabi’atul-adawiyyah pun pergi. Suatu masa Rabi’atul-adawiyyah pergi naik haji ke Mekkah. Dibawanya barang-barangnya atas seekor keldai yang telah tua. Keldai itu mati di tengah jalan. Rakan-rakannya bersetuju hendak membawa barang -barangnya itu tetapi beliau enggan kerana katanya dia naik haji bukan di bawah perlindungan sesiapa. Hanya perlindungan Allah S.W.T. Beliau pun tinggal seorang diri di situ. Rabi’atul-adawiyyah terus berdoa, “Oh Tuhan sekalian alam, aku ini keseorangan, lemah dan tidak berdaya. Engkau juga yang menyuruhku pergi mengunjungi Ka’abah dan sekarang Engkau matikan keldaikudan membiarkan aku keseorangan di tengah jalan.” Serta-merta dengan tidak disangka-sangka keldai itu pun hidup semula. Diletaknya barang-barangnya di atas keldai itu dan terus menuju Mekkah. Apabila hampir ke Ka’abah, beliau pun duduk dan berdoa, “Aku ini hanya sekepal tanah dan Ka’abah itu rumah yang kuat. Maksudku ialah Engkau temui aku sebarang perantaraan.” Terdengar suara berkata, “Rabi’atul-adawiyyah, patutkah Aku tunggangbalikkan dunia ini kerana mu agar darah semua makhluk ini direkodkan dalam namamu dalam suratan takdir? Tidakkah kamu tahu Nabi Musa pun ada hendak melihatKu? Aku sinarkan cahayaKu sedikit sahaja dan dia jatuh pengsan dan Gunung Sinai runtuh menjadi tanah hitam.” Suatu ketika yang lain, semasa Rabi’atul-adawiyyah menuju Ka’abah dan sedang melalui hutan, dilihatnya Ka’abah datang mempelawanya. Melihatkan itu, beliau berkata, “Apa hendakku buat dengan Ka’abah ini; aku hendak bertemu dengan tuan Ka’abah (Allah) itu sendiri. Bukankah Allah juga berfirman iaitu orang yang selangkah menuju Dia, maka Dia akan menuju orang itu dengan tujuh langkah? Aku tidak mahu hanya melihat Ka’abah, aku mahu Allah.” Pada masa itu juga, Ibrahim Adham sedang dalam perjalanan ke Ka’abah. Sudah menjadi amalan beliau mengerjakan sembahyang pada setiap langkah dalam perjalanan itu. Maka oleh itu, beliau mengambil masa empat belas tahun baru sampai ke Ka’bah. Apabila sampai didapatinya Ka’abah tidak ada. Beliau sangat merasa hampa. Terdengar olehnya satu suara yang berkata, “Ka’abah itu telah pergi melawat Rabi’atul -adawiyyah.” Apabila Ka’bah itu telah kembali ke tempatnya dan Rabi’atul-adawiyyah sedang menongkat badannya yang tua itu kepada kepada tongkatnya, maka Ibrahim Adham pun pergi bertemu dengan Rabi’atul-adawiyyah dan berkata “Rabi’atul-adawiyyah, kenapa kamu dengan perbuatanmu yang yang ganjil itu membuat haru-biru di dunia ini?” Rabi’atul-adawiyyah menjawab, “Saya tidak membuat satu apa pun sedemikian itu, tetapi kamu dengan sikap ria (untul mendapat publisiti) pergi ke Ka’abah mengambil masa empat belas tahun.” Ibrahim mengaku yang ia sembahyang setiap langkah dalam perjalanannya. Rabi’atul-adawiyyah berkata, “Kamu isi perjalananmu itu dengan sembahyang,tetapi aku mengisinya dengan perasaan tawaduk dan khusyuk.” Tahun kemudiannya, lagi sekali Rabi’atul-adawiyyah pergi ke Ka’abah. beliau berdoa, “Oh Tuhan! perlihatkanlah diriMu padaku.” Beliau pun berguling-guling di atas tanah dalam perjalanan itu. Terdengar suara, “Rabi’atul-adawiyyah, hati-hatilah, jika Aku perlihatkan diriKu kepadamu, kamu akan jadi abu.” Rabi’atul-adawiyyah menjawab, “Aku tidak berdaya memandang keagungan dan kebesaranMu, kurniakanlah kepadaku kefakiran (zahid) yang mulia di sisiMu.” Terdengar lagi suara berkata, “Kamu tidak sesuai dengan itu. Kemuliaan seperti itu dikhaskan untuk lelaki yang memfanakan diri mereka semasa hidup mereka kerana Aku dan antara mereka dan Aku tidak ada regang walau sebesar rambut pun, Aku bawa orang-orang demikian sangat hampir kepadaKu dan kemudian Aku jauhkan mereka, apabila mereka berusaha untuk mencapai Aku. Rabi’atul-adawiyyah, antara kamu dan Aku ada lagi tujuh puluh hijab atau tirai. Hijab ini mestilah dibuang dulu dan kemudian dengan hati yang suci berhadaplah kepadaKu. Sia-sia sahaja kamu meminta pangkat fakir dari Aku.” Kemudian suara itu menyuruh Rabi’atul-adawiyyah melihat ke hadapan. Dilihatnya semua pandangan telah berubah. Dilihatnya perkara yang luar biasa. Di awang-awangan ternampak lautan darah yang berombak kencang. Terdengar suara lagi, “Rabi’atul-adawiyyah, inilah darah yang mengalir dari mata mereka yang mencintai Kami (Tuhan) dan tidak mahu berpisah dengan Kami. Meskipun mereka dicuba dan diduga, namun mereka tidak berganjak seinci pun dari jalan Kami dan tidak pula meminta sesuatu dari Kami.

Dalam langkah permulaan dalam perjalanan itu, mereka mengatasi semua nafsu dan cita-cita yang berkaitan dengan dunia dan akhirat. Mereka beruzlah (memencilkan diri) dari dunia hingga tidak ada sesiapa yang mengetahui mereka. Begitulah mereka itu tidak mahu publisiti (disebarkan kepada umum) dalam dunia ini.” Mendengar itu, Rabi’atul-adawiyyah berkata, “Tuhanku! Biarkan aku tinggal di Ka’abah.” Ini pun tidak diberi kepada beliau. Beliau dibenarkan kembali ke Basrah dan menghabiskan umurnya di situ dengan sembahyang dan memencilkan diri dari orang ramai.

Suatu hari Rabi’atul-adawiyyah sedang duduk di rumahnya menunggu ketibaan seorang darwisy untuk makan bersamanya dengan maksud untuk melayan darwisy itu, Rabi’atul-adawiyyah meletakkan dua buku roti yang dibuatnya itu di hadapan darwisy itu. Darwisy itu terkejut kerana tidak ada lagi makanan untuk Rabi’atul-adawiyyah. Tidak lama kemudian, dilihatnya seorang perempuan membawa sehidang roti dan memberinya kepada Rabi’atul-adawiyyah menyatakan tuannya menyuruh dia membawa roti itu kepada Rabi’atul-adawiyyah, Rabi’atul-adawiyyah bertanya berapa ketul roti yang dibawanya itu. Perempuan itu menjawab, “Lapan belas.” Rabi’atul-adawiyyah tidak mahu menerima roti itu dan disuruhnya kembalikan kepada tuannya. Perempuan itu pergi. Kemudian datang semula. Rabi’atul-adawiyyah menerima roti itu selepas diberitahu bahawa ada dua puluh ketul roti dibawa perempuan itu. Darwisy itu bertanya kenapa Rabi’atul-adawiyyah enggan menerima dan kemudian menerima pula. Rabi’atul-adawiyyah menjawab, “Allah berfirman dalam Al-Quran iaitu : “Orang yang memberi dengan nama Allah maka Dia akan beri ganjaran sepuluh kali ganda. Oleh itu, saya terima hadiah apabila suruhan dalam Al-Quran itu dilaksanakan.” Suatu hari Rabi’atul-adawiyyah sedang menyediakan makanan. Beliau teringat yang beliau tidak ada sayur. Tiba-tiba jatuh bawang dari bumbung. Disepaknya bawang itu sambil berkata, “Syaitan! Pergi jahanam dengan tipu-helahmu. Adakah Allah mempunyai kedai bawang?” Rabi’atul-adawiyyah berkata, “Aku tidak pernah meminta dari sesiapa kecuali dari Allah dan aku tidak terima sesuatu melainkan dari Allah.”

Suatu hari, Hassan Al-Basri melihat Rabi’atul-adawiyyah dikelilingi oleh binatang liar yang memandangnya dengan kasih sayang. Bila Hassan Al-Basri pergi menujunya, binatang itu lari. Hassan bertanya, “Kenapa binatang itu lari?” Sebagai jawaban, Rabi’atul-adawiyyah bertanya, “Apa kamu makan hari ini?” Hassan menjawab, “Daging.” Rabi’atul- adawiyyah berkata, Oleh kerana kamu makan daging, mereka pun lari, aku hanya memakan roti kering.”

Suatu hari Rabi’atul-adawiyyah pergi berjumpa Hassan Al-Basri. Beliau sedang menangis terisak-isak kerana bercerai (lupa) kepada Allah. Oleh kerana hebatnya tangisan beliau itu, hingga air matanya mengalir dilongkang rumahnya. Melihatkan itu, Rabi’atul-adawiyyah berkata, “Janganlah tunjukkan perasaan sedemikian ini supaya batinmu penuh dengan cinta Allah dan hatimu tenggelam dalamnya dan kamu tidak akan mendapati di mana tempatnya.” Dengan penuh kehendak untuk mendapat publiksiti, suatu hari, Hassan yang sedang melihat Rabi’atul-adawiyyah dalam satu perhimpunan Aulia’ Allah, terus pergi bertemu dengan Rabi’atul-adawiyyah dan berkata, “Rabi’atul-adawiyyah, marilah kita meninggalkan perhimpunan ini dan marilah kita duduk di atas air tasik sana dan berbincang hal-hal keruhanian di sana.” Beliau berkata dengan niat hendak menunjukkan keramatnya kepada orang lain yang ia dapat menguasai air (seperti Nabi Isa a.s. boleh berjalan di atas air). Rabi’atul-adawiyyah berkata, “Hassan, buangkanlah perkara yang sia-sia itu. Jika kamu hendak benar memisahkan diri dari perhimpunan Aulia’ Allah, maka kenapa kita tidak terbang sahaja dan berbincang di udara?” Rabi’atul-adawiyyah berkata bergini kerana beliau ada kuasa berbuat demikian tetapi Hassan tidak ada berkuasa seperti itu. Hassan meminta maaf. Rabi’atul-adawiyyah berkata, “Ketahuilah bahawa apa yang kamu boleh buat, ikan pun boleh buat dan jika aku boleh terbang, lalat pun boleh terbang. Buatlah suatu yang lebih dari perkara yang luarbiasa itu. Carilah ianya dalam ketaatan dan sopan-santun terhadap Allah.” Seorang hamba Allah bertanya kepada Rabi’atul-adawiyyah tentang perkara kahwin. beliau menjawab, “Orang yang berkahwin itu ialah orang yang ada dirinya. Tetapi aku bukan menguasai badan dan nyawaku sendiri. Aku ini kepunyaan Tuhanku. Pintalah kepada Allah jika mahu mengahwini aku.”

Hassan Al-Basri bertanya kepada Rabi’atul-adawiyyah bagaiman beliau mencapai taraf keruhanian yang tinggi itu. Rabi’atul-adawiyyah menjawab, “Aku hilang (fana) dalam mengenang Allah.” Beliau ditanya, “Dari mana kamu datang?” Rabi’atul-adawiyyah menjawab, “Aku datang dari Allah dan kembali kepada Allah.” Rabi’atul-adawiyyah pernah bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad S.A.W. dan baginda bertanya kepadanya sama ada beliau pernah mengingatnya sebagai sahabat. Rabi’atul-adawiyyah menjawab, “Siapa yang tidak kenal kepada tuan? Tetapi apakan dayaku. Cinta kepada Allah telah memenuhi seluruhku, hinggakan tidak ada ruang untuk cinta kepadamu atau benci kepada syaitan.” Demikian petikan dari cerita Rabiah adwiyah versia melayu yang menggambarkan betapa besar kecintaan Rabiah Adawiyah kepada Allah saat ia masih kecil hingga ia dewasa.

Rabi’ah adalah puteri yang keempat dari empat bersaudara. Itulah sebabnya mengapa ia dinamakan Rabiah. Keberadaan cerita Rabiah sebagai cerita yang menarik dan populer pada zamannya banyak disadur dalam berbagai bahasa  yakni cerita rabiah Adawiyah versi Arab, cerita rabiah Adawiyah versi Melayu, termasuk bahasa-bahasa di Nusantara salah satunya adalah cerita Rabiah Adawiyah yang ditulis dalam bahasa Bugis.

Berikut akan disajikan cerita Rabiah Adawiyah dari ketiga versi tersebut yaitu versi Arab, Versi Melayu, dan Versi Bugis berdasar kepada Tesis tentang “Suntingan Teks Kisah Sitti Rabiatul Adawiyah dan Pengangkatan Muatan Lokal” oleh Sitti Gomo Attas mahasiswa pascasarjana, program studi Ilmu Susastra, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia.

Ringkasan Cerita Versi Arab

Ketika usianya hampir remaja Rabiah dijadikan budak. Namun, hal ini tidak membuatnya putus harapan untuk tetap mendekatkan diri kepada Allah. Setelah Rabiah dibebaskan dari perbudakan, ia terus menjalankan ibadah kepada Allah.

Beberapa kali laki-laki datang melamar Rabiah, tetapi selalu ia tolak. Diantara laki-laki yang dating melamar Rabiah ada seorang yang berpengaruh di Basrah, namun ditolak Rabiah dengan alasan bahwa ia hanya ingin beribadah kepada Allah . Alasan lain Rabiah menolak lamaran laki-laki yang dating padanya karena mereka tidak ada yang mampu menjawab masalah kehidupan sesudah mati, yang dipertanyakan oleh Rabiah. Kehidupan sufi Rabiah yang mengabdikan dirinya kepada Tuhan ia jalankan sampai akhir hidupnya, tanpa pernah menikah.

Ringkasan Cerita Versi Melayu

Cerita ini dimulai tatkala Rabiah berguru kepada Syekh Junaidi bin Saman farj. Gurunya melamar Rabiah, namun ditolak ooleh Rabiah. Akhirnya Rabiah menerima lamaran gurunya karena takut durhaka. Lamaran itu diterimanya hanya dengan khutbah nikah, tetapi Rabiah meminta suaminya agar tidak menyentuhnya.

Setelah suaminya wafat, Rabiah didatangi oleh empat syekh, yaitu Syekh Syari`at, Syekh Tarikat, Syekh Hakikat, dan Syekh Makrifat. Keempat syekh dating melamar Rabiah. Namun, ia tolak karena tidak bisa menjawab masalah tasawuf yang diajukan oleh raja kepada keempat syekh itu. Hanya Rabiah yang mampu menjawab semua pertanyaan itu. Raja Sa`id yang mengajukan pertanyaan tersebut kagum kepada Rabiah dan melamarnya, tetapi sebelum Rabiah menerima lamaran Raja Sa`id. Rabiah telah berpulang ke rahmatullah yang diikuti oleh Raja Sa`id.

Ringkasan Cerita Versi Bugis

Kisah ini dimulai ketika Sitti Rabiatul Adawiyah berguru kepada seorang syekh yang bernama Zainul Arifin. Karena takut durhaka kepada gurunya, Rabiah pun menerima lamaran yang diajukan oleh Zainul Arifin. Setelah gurunya yang sekaligus menjadi suaminya meninggal dunia, Rabiah dilamar oleh empat bersaudara. Namun, karena alasan bahwa suaminya baru meninggal maka Rabiah menolak lamaran tersebut.

Setelah itu, Rabiah didatangi oleh empat saudagar kaya yang ingin melamarnya. Namun, karena empat saudagar itu tidak mampu menjawab pertanyaan Rabiah tentang isi dunia yaitu laki-laki dan wanita, maka lamaran empat saudagar pun ditolak.

Selanjutnya, datanglah seorang raja bernama Raja Akbar yang mempunyai pengetahuan agama yang cukup tinggi dan mampu menjawab pertanyaan Rabiah tentang makna shalat di hari kemudian. Raja Akbar dengan lancart menjawab semua pertanyaan Rabiah. Akhirnya, rabiah dinikahkan dengan Raja Akbar sesuai dengan hokum yang berlaku dalam perkawinan.

Setelah mereka menikah, tidak lama kemudian Raja akbar dan Rabiah dikaruniai seorang puteri yang diberi nama I Daramatasia. Raja Akbar pernah bernazar jika ia dapat berjodoh dengan Rabiah dan memiliki seorang anaka perempuan, maka ia akanmengawinkan dengan seorang ahli agama yang mengabdikan diri di jalana Allah. Nazar itu diolaksanakan suami-istri (Raja Akbar dan Rabiah) untuk menikahkan puterinya yang telah selesai belajar agama kepada ulama yang shaleh.

Selanjutnya cerita ini menceritakan rumah tangga puteri Rabiah, I Daramatasia dengan suaminya.
Dibawah ini penulis sertakan kutipan Cerita Rabiah dalam versi Bugis yang diambil dari iriantosyahkasim.multiply.com sebagai berikut : Cerita Rabiah dalam versi Bugis mengungkap alur yang sarat dengan nilai-nilai budaya yang dianggap sebagai penyemangat tokoh dalam menjalankan kehidupan. Nilai budaya itu, yakni Siri’ dalam sistem perkawinan yang digambarkan dalam cerita Rabiah. Selain itu, juga Siri dalam semangat merantau dan semangat belajar ilmu agama.

Kisah Rabiah Al Adawiyah dalam versi ini, memberikan penjelasan sistem adat dalam budaya Bugis yang dikenal dengan istilah ‘Pangaderreng’. Panggaderreng dapat diartikan sebagai keseluruhan norma yang meliputi bagaimana seseorang harus bertingkah laku terhadap sesama manusia dan terhadap pranata sosialnya secara timbal balik, dan yang menyebabkan adanya gerak (dinamis) masyarakat.

Unsur terakhir dalam ‘Panggaderreng’ adalah sistem adat yang berasal dari ajaran Islam dan masuk ke dalam “Panggaderreng’ setelah masuknya pengaruh Islam ke dalam masyarakat Bugis sekitar Abad ke-17. Sistem adat masyarakat Bugis terdiri dari lima unsur, yakni Ade’ (adat atau perlakuan budaya), Bicara (pertimbangan), Rapang (Undang-Undang), Wari’ (klasifikasi atas segala peristiwa), dan Sara’ (hukum syariah). Kelima unsur tersebut terjalin satu sama lain sebagai satu kesatuan organisasi dalam alam pikiran orang Bugis, yang memberi dasar sentimen kewargaan masyarakat dan rasa harga diri yang semuanya terkandung dalam konsep siri’. Selanjutnya, kata Sitti Gomo, konsep siri ini adalah nilai budaya yang mengintegrasikan secara organisasi semua unsur ‘Panggaderreng’. Artinya konsep Siri meliputi banyak aspek dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan orang Bugis seperti yang tercermin dalam naskah Rabiah Al-Adawiyah versi Bugis. “C.H. Salambasyah dan kawan-kawan memberikan batasan kata Siri dengan tiga golongan pengertian, yakni Siri itu sama artinya dengan malu, Siri sebagai daya pendorong untuk melenyapkan (membunuh), mengasingkan, dan mengusir terhadap barang siapa atau apa yang menyinggung perasaan mereka, dan Siri itu sebagai semangat (Summange) untuk membanting tulang, bekerja mati-matian untuk suatu usaha.

Persamaan dan Perbedaan

Berdasarkan ringkasan cerita diatas dapat disimpulkan bahwa ketiga cerita tersebut yaitu cerita rabiah versi Arab, cerita rabiah versi Melayu, dan cerita Rabiah versi Bugis mempunyai persamaan dan perbedaan. Untuk jelasnya hal tersebut dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut :

Episode Cerita Versi   Arab Cerita Versi Melayu Cerita Versi Bugis
Sejak kecil Rabiah beribadah dengan baik + + +
Rabiah berguru + +
Rabiah menjadi ahli agama yang terkenal + + +
Dilamar oleh gurunya + +
Lamaran gurunya diterima + +
Rabiah dilamar oleh empat Syekh + +
Lamaran ditolak + +
Rabiah dilamar oleh saudagar + +
Lamaran ditolak Rabiah + +
Rabiah dilamar oleh raja/penguasa + + +
Rabiah mengajukan pertanyaan + +
Pertanyaan dapat dijawab +
Lamaran diterima +
Rabiah menikah +
Rabiah memiliki anak +
Keterangan : (+) = ada/ya       (-) = tidak/tidak ada

Dari gambaran diatas terlihat adanya perbedaan dan persamaan peristiwa dalam cerita versi Arab, cerita versi Melayu, dan cerita versi Bugis. Persamaan yang dpat ditemukan dalam tiga ketiga cerita tersebut berdasarkan episode ialah peristiwa masa kecil Rabiah yang telah mampu beribadah dengan baik. Peristiwa penguasaan agama secara tuntas sehingga menjadi sufi yang terkenal di negerinya. Kecantikan dan ilmu tinggi dimiliki oleh Rabiah. Ketika itu, banyak yang dating melamar  Rabiah termasuk penguas dinegerinya. Ketiga peristiwa tersebut diungkapkan didalam ketiga cerita sebagai bentuk dasar cerita.

Sebaliknya berdasarkan bagan diatas terdapat perbedaan yang ditemukan oleh peneliti dalam ketiga cerita tersebut. Pada cerita versi Arab menunjukan tokoh Rabiah sampai akhir hidupnya tidak menikah, sedangkan pada cerita versi Melayu tokoh rabiah akhirnya menerima lamaran gurunya, dengan syarat gurunya tidak boleh menyentuh dirinya. Pada cerita versi Bugis tokoh rabiah justru menerima lamaran gurunya dan menikah dengan Raja Akbar serta memiliki anak.

KARYA RABIAH ADAWIYAH
Rabiah Adawaiyah dianugerahi kemampuan luar biasa dalam bidang sastra. Ia mampu membuat puisi/syair yang begitu indah melambangkan kecintaan beliau kepada Allah. Berikut salah satu puisi karya Rabiah Adawiyah
يا ســروري ومـنـيـتـي وعـمـادي ::::: وأنـيــســي وعــدتي ومرادي.
أنـت روح الـفـؤاد أنــت رجــائي ::::: أنت لي مؤنس وشوقك زادي.
أنـت لـولاك يـا حـيـاتـي وأنـسـي ::::: مـا تـشتـت فـي فـسيــح البلاد.
كـم بـدت مـنـةٌ، وكـم لـك عـنـدي ::::: مـن عـطــاء ونـعـمـة وأيـادي.
حـبـك الآن بـغـيـتـي ونـعـيـمــي ::::: وجــلاء لـعـيـن قـلبي الصادي.
إن تـكـن راضـيـاً عـنـي فـأنـني ::::: يا مـنـي الـقـلـب قد بدا إسعادي

Rabiah Adawiyah dikenal sebagai sufi yang mendalami tentang Mahabbah. Berikut adalah kumpulan syair Mahabbah karya Rabiah Adawiyah

Cinta tidak pernah meminta, ia senantiasa memberi, cinta membawa penderitaan, tetapi tidak pernah berdendam, tak pernah membalas dendam. Di mana ada cinta di situ ada kehidupan; manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.


Tuhan memberi kita dua kaki untuk berjalan, dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat. Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan sekeping hati pada kita? Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati pada seseorang untuk kita mencarinya. Itulah namanya Cinta.


Ada dua titis air mata mengalir di sebuah sungai. Satu titis air mata tu menyapa air mata yg satu lagi,” Saya air mata seorang gadis yang mencintai seorang lelaki tetapi telah kehilangannya. Siapa kamu pula?”. Jawab titis air mata kedua itu,” Saya air mata seorang lelaki yang menyesal membiarkan seorang gadis yang mencintai saya berlalu begitu sahaja.”


Cinta sejati adalah ketika dia mencintai orang lain, dan kamu masih mampu tersenyum, sambil berkata: aku turut bahagia untukmu.


Jika kita mencintai seseorang, kita akan sentiasa mendoakannya walaupun dia tidak berada disisi kita.


Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba. Jangan sesekali menyerah jika kamu masih merasa sanggup. Jangan sesekali mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya.


Perasaan cinta itu dimulai dari mata, sedangkan rasa suka dimulai dari telinga. Jadi jika kamu mahu berhenti menyukai seseorang, cukup dengan menutup telinga. Tapi apabila kamu Coba menutup matamu dari orang yang kamu cintai, cinta itu berubah menjadi titisan air mata dan terus tinggal dihatimu dalam jarak waktu yang cukup lama.


Cinta datang kepada orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan. Kepada mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati. Kepada mereka yang masih ingin mencintai, walaupun mereka telah disakiti sebelumnya dan kepada mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan untuk membangunkan kembali kepercayaan.


Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang tersayang sehingga dia meninggal dunia , lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan kata-kata cinta itu pada pusaranya . Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang tersimpan dibenakmu itu sekarang selagi ada hayatnya.


Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan bercinta dengan orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas kurniaan itu.


Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat -Hamka


Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kamu tidak pernah memiliki keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.


Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahawa pada akhirnya menjadi tidak bererti dan kamu harus membiarkannya pergi.


Kamu tahu bahwa kamu sangat merindukan seseorang, ketika kamu memikirkannya hatimu hancur berkeping.

Dan hanya dengan mendengar kata “Hai” darinya, dapat menyatukan kembali kepingan hati tersebut.


Tuhan ciptakan 100 bahagian kasih sayang. 99 disimpan disisinya dan hanya 1 bahagian diturunkan ke dunia. Dengan kasih sayang yang satu bahagian itulah, makhluk saling berkasih sayang sehingga kuda mengangkat kakinya kerana takut anaknya terpijak.


Kadangkala kamu tidak menghargai orang yang mencintai kamu sepenuh hati, sehinggalah kamu kehilangannya. Pada saat itu, tiada guna sesalan karena perginya tanpa berpatah lagi.

Jangan mencintai seseorang seperti bunga, kerana bunga mati kala musim berganti. Cintailah mereka seperti sungai, kerana sungai mengalir selamanya.


Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta !


Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kamu cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kamu inginkan. Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kamu temukan di dalam dirinya.


Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia, ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci. Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya. Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela. Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,di sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji.~ Hamka


Kata-kata cinta yang lahir hanya sekadar di bibir dan bukannya di hati mampu melumatkan seluruh jiwa raga, manakala kata-kata cinta yang lahir dari hati yang ikhlas mampu untuk mengubati segala luka di hati orang yang mendengarnya.


Kamu tidak pernah tahu bila kamu akan jatuh cinta. namun apabila sampai saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu,dan jangan biarkan dia pergi dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya.


Bukan laut namanya jika airnya tidak berombak. Bukan cinta namanya jika perasaan tidak pernah terluka. Bukan kekasih namanya jika hatinya tidak pernah merindu dan cemburu.


Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga memang mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.


Satu-satunya cara agar kita memperolehi kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan.